Wednesday 9 April 2014

Akar dan Sayap

(1)
Akar menyelami perut bumi,
Padanya lengket sebuah mula, sebuah alasan.
Tawanya jernih menembus masa lalu.
Rambutnya menjalar, mengikat tanah dimana ia berenang.
Matanya serupa muasal atas seluruh kebijaksanaan.
Dengan dagunya yang runcing dan hidungnya yang manis,
kepalanya bergoyang bersamaan dengan doa-doa yang kuajari:
'Tuhan jadikan kami manusia yang menghargai asalnya'.


(2)
Sayap terkepak mengintip langit,
Padanya terbang harapan-harapan kita,
Mimpi yang terombang-ambing di pintu surga.
Kulitnya licin, terlumur dengan keberanian.
Bibirnya menampung kasih sayang,
Tubuhnya adalah optimisme yang membuatmu ngeri.
Sifatnya adalah imajinasi yang membuatku iri.
Dalam tidurnya yang ringan, kau mengawalnya dengan pinta:
'Tuhan jadikan kami manusia yang tidak kerdil oleh ketakutan'.


(3)
Kita berada diantara tanah dan langit,
Dikepit Akar yang berenang dan Sayap yang terbang.
Kau masuk kedalam takutmu,
Aku pergi menjauhi asalku.
Menentang takdir,
Memotong jalinan doa dengan kuku yang tumpul.
Entah bagaimana jadinya, entah apa rupanya.
Akar menangis dibawah tapakmu,
Sayap terpekur diatas kepalaku.
Kita bercerai saja, tuntut-mu. Dunia hancur dalam satu kedipan ringan.


No comments:

Post a Comment